foto: Ditto Ardia |
Perjalanan ke daerah Jawa Timur ini adalah untuk merayakan selesainya Tugas Akhir *yeay!, (hampir) ST., dan sebelum kembali melanjutkan rutinitas kantor untuk kerja praktek.
Selama tiga hari, tiga teman (Reina, Thito, dan Ditto), dan satu mobil. Dimulai dari Surabaya ke Gunung Bromo, yang memakan waktu sekitar 4-5 jam. Kami berangkat sekitar jam 11 malam untuk melihat sunrise di Bromo. Dengan memakai kendaraan pribadi dan (thanks to) Google Maps, tanpa tour agent kami bisa sampai di Bromo dan tujuan-tujuan lainnya di Jawa Timur. Hati-hati jika berkendara pada malam hari, perhatikan khususnya bus-bus yang sering menyalip seakan berukuran seperti mobil kecil.
Pada kawasan Gunung Bromo, tidak ada pilihan lain selain menyewa mobil jeep untuk berkeliling pada beberapa titik wisata didalamnya. Mobil pribadi dilarang untuk masuk ke dalam kawasan, dan juga medan jalannya yang ekstrim, yaitu berpasir, berbatu, dan menanjak. Sewa mobil jeep sekitar 600ribu untuk 4 titik, yaitu Gn. Penanjakan, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, dan Bukit Teletubbies. Ada juga yang menyewakan hanya 2 titik, tetapi kalau sudah jauh-jauh kesini, sekalian saja explore Bromo semuanya *wink. Satu mobil jeep berkapasitas 4-5 orang.
Dari Gn. Penanjakan kita bisa melihat sunrise, dan pemandangan Gn. Bromo dari atas. Kami sudah siap menunggu matahari terbit pada pukul 4 pagi. Wow.Dingin.Banget. Semuanya masih gelap, tidak terlihat apapun, kecuali bintang dan galaksi bima sakti. Wow.Indah.Banget. Bahkan saya belum tahu Gn. Bromo ada dibagian mana. Keindahan Bromo tidak terhenti, perlahan-lahan ada warna jingga yang muncul dari garis horizon, menandakan "siapkan kamera!", dan sinar matahari secara perlahan menggantikan cahaya bintang.
Dan inilah beberapa keindahan kawasan Bromo. It's magic moment.
foto: Ditto Ardia |
Bintang dan galaksi bima sakti yang tidak pernah bosan untuk dilihat, menemani dinginnya pagi.
foto: Andhira |
foto: Andhira |
Sweet escape from the city. Kabur dulu dari pemandangan gedung-gedung pencakar langit, dan macet Jakarta.
foto: Ditto Ardia |
foto: Ditto Ardia |
foto: Andhira |
foto: Andhira |
foto: Andhira |
Manusia terlalu kecil didunia ini.
foto: Andhira |
Keadaan saat menunggu sunrise. Sepertinya musim liburan sudah dimulai.
Tips
Suhu udara pada jam 3 pagi hingga matahari terbit sangat rendah, jadi jangan lupa pakai baju sehangat-hangatnya, sarung tangan, kupluk, dll. Tetapi pada sekitar pukul tujuh pagi hingga siang, suhu mulai naik, dan akan sangat panas. Pakai sepatu hiking lebih baik karena jalan menanjak dan berpasir. Untuk menuju kawah, biasanya ada yang menyewakan kuda jika malas berjalan kaki, harga sewa kuda sekitar 50ribu sampai 100ribu. Siapkan masker jika perlu agar tidak terhirup pasir dan debu saat menuju kawah.
foto: Ditto Ardia |
Kami memutuskan untuk menikmati sunrise lagi esok hari di Kawah Ijen. Wuhuu! Dua hari berturut-turut menikmati sunrise ditempat yang berbeda. Di Kawah Ijen dapat memancarkan api biru (blue flames) pada malam hari hingga matahari terbit. Api biru ini hanya terdapat di dua tempat didunia, yang satunya lagi berada di Islandia. Oh, Indonesia.
Setelah dari Bromo, kami menuju Probolinggo untuk istirahat. Kami melanjutkan perjalanan kembali pada pukul 6 malam. Dengan estimasi waktu perjalanan dari Probolinggo menuju Kawah Ijen adalah 5-6 jam.
Ditengah perjalanan, kami melewati kawasan PLTU Paiton. Kawasan PLTU Paiton pada malam hari seperti kapal Titanic, cerobong-cerobong asap besar menjulang tinggi, sinar lampu terang-menderang, dan kami dari dalam mobil tidak henti-hentinya ber "wow.... huaaaa... woooow....". Pemandangan indah yang singkat. Selebihnya hanya pemandangan bus-bus yang berusaha menyalip dan tidak kenal celaka.
Jalan menuju kawasan Ijen cukup panjang, sekitar 1,5 hingga 2 jam dari jalan besar Bondowoso. Jalan sangat sepi dan gelap pada malam hari, kanan dan kiri jalan hanya pohon, ladang, dan hutan. Kami tiba di kawasan Kawah Ijen sekitar pukul 2 pagi. Pada saat itu, kondisi Kawah dalam status waspada dan aktivitas meningkat, sehingga trekking yang biasa dimulai pada pukul 2, diundur menjadi pukul 3 pagi. Kami menyewa pemandu untuk trekking. Dua jam pendakian, sepertiga perjalanan masih landai, namun duapertiga perjalanan jalan menanjak hingga 60 derajat. Perjalanan mendaki ini ditemani bintang dan galaksi bima sakti yang terlihat semakin dekat. Seakan-akan kami mendaki menuju bintang. Saat sudah mendekati kawah, pemandangan indah lainnya muncul, yaitu siluet puncak Gunung Meranti dengan awan yang menutupi bagian bawah gunung. Wow, kami berada diatas awan. Saya hanya bisa mendokumentasikan momen ini dengan lensa terbaik yang diberikan Tuhan, yaitu mata (asik). Mendekati puncak, angin terasa semakin kencang. Kami tiba di Kawah Ijen sekitar pukul 5 pagi. Saat itu, api biru masih menyala. Dan.. wow! pendakian yang melelahkan terbayar sudah saat melihat kawah dan pemandangan dari atas. We made it! Akhirnya melihat langsung Kawah Ijen, yang selama ini hanya bisa dilihat dari foto *fuih. Untuk melihat sunrise, perlu mendaki lagi sekitar 15 menit dari titik ini.
foro: Andhira |
Api biru ini ada di bawah dekat kawahnya, sinar kuning dan putih itu adalah cahaya dari senter para turis. Untuk menuju ke bawah diperlukan waktu sekitar setengah jam, karena jalan miring dan berbatu.
foto: Ditto Ardia |
foto: Ditto Ardia |
foto: Ditto Ardia |
You are just on top of the world.
foto: Reina |
Tips
Jika mendaki pada malam hari, pakailah baju hangat, sarung tangan, dll karena suhu sangat rendah. Pakailah sepatu hiking. Jangan lupa bawa senter karena tidak ada penerangan. Sewalah pemandu untuk pendakian, hal ini untuk menjaga keselamatan. Sewa pemandu sekitar 150ribu.
Setelah turun dari Ijen, kami meluncur ke Baluran, melewati Banyuwangi. Dari Banyuwangi bisa terlihat pulau Bali dari jarak yang dekat. Pasir putihnya aja terlihat. Whoa, Bali.. so close yet so far. Maunya sih lanjut ke Bali, tapi perjalanan ini terhalang oleh jadwal KP. Till next time!
foto: Ditto Ardia |
Baluran mempunyai 2 spot, yaitu Bekol dan Bama. Bekol adalah spot padang savana, dan Bama adalah spot pantai.
Untuk menuju padang savana, diperlukan waktu sekitar 45 menit hingga 1 jam dari pintu masuk. Jarak dari pintu masuk hingga sampai ke padang savana sekitar 12km, dengan kecepatan mobil 10-20km/jam dikarenakan jalannya yang berbatu dan takut ada hewan yang tertabrak. Jarak dari padang savana sampai ke pantai sekitar 30 menit.
Padang savana yang dilatarbelakangi gunung membuat pemandangan dramatis. Saya mengharapkan dapat bertemu sekumpulan kuda yang sedang makan, atau harimau yang sedang duduk, atau hewan liar lainnya, tapi ternyata tidak, yang kami lihat ada sekumpulan monyet, ada juga sekumpulan rusa, dan kami beruntung melihat seekor cendrawasih. Tidak terlalu banyak hewan yang muncul saat siang hari kami kesana, atau memang disana hewannya tidak banyak? hm.
Pantai Bama mempunyai pasir putih dan hutan mangrove. Cukup untuk mengobati rasa rindu pantai. Ada fasilitas untuk snorkeling, namun karena saat itu siang hari, jadi pantai sangat panas. Banyak sekumpulan monyet yang bermain di dekat pantai, hati-hati jika membawa makanan, monyetnya suka maling.
Tips
Cuaca di Baluran cukup panas, jadi pakailah baju yang nyaman. Bawa uang cash yang cukup karena disekitar Baluran tidak terdapat atm.
foto: Ditto Ardia |
See you on top, friends!
Comments
Post a Comment