Hari ini hari sidang pertama dari lima sidang dalam proses Tugas Akhir. Masih pagi, baru jam 7, dikampus, siap dengan baju rapi, rok, dan poster presentasi yang akan ditempel di panel. Baru ada tiga orang diruangan itu, termasuk aku. Aku sedang duduk dengan pikiran apa yang akan ku katakan ketika aku presentasi. Sampai salah seorang temanku, Ditto, memberi tahu berita duka bahwa ayah dari temanku bernama Boki meninggal dunia hari ini. Kabarnya Boki sudah berangkat ke Jakarta dari Bandung kemarin malam. Innalillahi wa innailaihi rojiun.. Be tough Bok. Mendapatkan kabar duka ketika hari sidang, di tingkat 4 kuliah yang penuh dengan segala ke Tugas Akhir-an, walaupun aku belum mengalaminya, tetapi pasti itu berat.
Ketika mendengar kabar meninggal dunia orang yang sangat kita cintai, apalagi itu orang tua kita sendiri, pasti akan terasa berat. Aku sadar, semua orang yang hidup pasti akan mengalami mati. Hanya saja kita belum tahu kapan saatnya. Aku membayangkan berada di posisi Boki, mencoba membayangkan apa yang akan ku rasakan ketika aku kehilangan orang tua ku. Tetapi aku tidak bisa, karena memang aku belum pernah merasakannya. Saat itu juga, aku kangen dengan mereka. Berdoa semoga mereka baik-baik saja, sehat, dan bahagia.
Aku sudah tinggal jauh dengan orang tuaku semenjak kuliah di Bandung. Memang dari awal aku masuk kuliah, aku ingin tinggal jauh dari mereka. Aku sayang orang tuaku, tetapi kalau aku terus hidup dekat dengan mereka, aku tidak bisa mendapatkan pemikiran-pemikiran baru, yang aku dapat dari orang yang aku temui di jalan, kampus, atau dimanapun. Aku tidak bisa mengalami hal-hal yang lebih berani, nekat, dan menantang yang ingin ditaklukan, atau rasa penasaran yang ingin dicari. Di dekat mereka, aku terlalu nyaman, sampai aku lupa bahwa dunia itu kejam. Walaupun Bandung-Jakarta hanya 3 jam, aku hanya pulang ke rumah dua sampai tiga kali dalam satu semester.
Dulu ketika aku masih SD, SMP, bahkan SMA, aku masih sempat membentak atau melawan orang tua. Menuruti ego, dan merasa malu didepan teman-teman ketika tidak diijinkan pergi jalan-jalan. Tidak pernah merasa kangen, karena setiap hari bertemu. Ketika sakit, aku ingin berusaha untuk bisa mengurusi diriku sendiri, ujung-ujungnya malah dimarahi, sehingga mendorong keinginanku untuk tinggal jauh dari mereka, membuktikan bahwa sebenarnya aku bisa. Ketika ingin pergi dengan teman-teman, harus (dan memang seharusnya) ijin, dan belum tentu dibolehkan. Hal ini juga yang mendorongku untuk tinggal jauh. Saat itu, aku belum diijinkan untuk pacaran, tetapi aku sudah punya, dan ingin keluar pergi, nggak tahu harus ijin dengan alasan apa, ujung-ujungnya malah membohongi orang tua. Lalu, ketika mama nelfon lagi ada dimana karena pulang telat, malah berantem di telfon, dan akhirnya nutup telfon ditengah-tengah pembicaraan. Ya, aku seperti itu dahulu.
Ketika aku tinggal jauh dari mereka seperti ini, aku lebih menyayangi mereka. Melihat teman-temanku yang akrab dengan orang tuanya, aku juga ingin akrab dengan orang tuaku. Aku berusaha selalu berkata 'ya'. Sepakat atau tidak sepakat, yang penting bilang 'ya' dulu. Kalau dimarahin, bilang 'ya' juga daripada berdebat lagi. Kalau udah ada bumbu perdebatan, sebisa mungkin nurunin nada bicara, dan langsung setuju aja bilang 'ya', kalau udah kalem, baru bilang apa yang aku mau. Nggak ada lagi bentak-bentakan dan nutup telfon ditengah pembicaraan. Selalu ada doa untuk mereka setiap hari. Aku berharap tidak ada sesuatu yang menimpa mereka ketika aku berada jauh seperti ini. Menghargai setiap waktu yang bisa (dan masih bisa) aku nikmati sampai sekarang. Menghargai keberadaan mereka, sehingga aku tidak akan menyesal suatu waktu. Walaupun terjadi perdebatan, hal itu wajar, tetapi kau akan tahu bahwa itu tidak akan berlangsung lama, dan satu sama lain masih saling menyayangi.
Aku tidak dekat dengan kakakku. Aku tidak pernah berkomunikasi dengannya ketika jauh seperti ini, kecuali kalau kami sedang membutuhkan suatu barang atau keperluan saja. Ketika aku pulang pun, tidak ada hal spesial atau peluk kangen sebagai ucapan selamat datang, hanya sebuah sapaan riang saja cukup. Ketika aku masih kecil, kami sering berantem. Semua kakak dan adik pun pasti pernah seperti itu, tetapi aku rasa aku tidak pernah curhat dengannya, soal kehidupan di sekolah atau kampus, atau teman-temanku, apalagi pacar. Ia kuliah di Jakarta. Sempat ngekos juga, tetapi akhirnya tidak bertahan lama karena tidak betah. Ia nyaman berada di rumah. Ia selalu berada dirumah bersama mama dan papa. Aku rasa kakakku terlalu nyaman. Mungkin ia tidak mengalami apa yang aku rasakan ketika berada jauh dari rumah.
Setelah aku selesaikan pendidikan sarjanaku ini, aku berencana untuk melanjutkan pendidikanku lagi, mencari perusahaan atau lembaga yang mau membiayai pendidikan dan jalan-jalan ku di negara lain. Sampai aku selesaikan pendidikan ku disana, aku pun berencana tidak langsung pulang, namun menetap disana sampai beberapa tahun sebelum akhirnya aku pulang ke rumah. Dalam beberapa tahun itu, aku khawatir dengan orang tuaku. Aku akan meninggalkan mereka dalam beberapa tahun. Mungkin aku akan pulang ditengah kegiatanku, tetapi itu pun dalam rentang satu atau dua tahun sekali. Aku tidak mau melihat orang tua ku seperti orang tua lainnya yang dibiarkan pergi sendirian tanpa ada yang mendampingi sampai akhirnya perlu orang lain yang membantu mereka. Sebenarnya aku tidak bisa mengandalkan kakakku, karena ia bukan orang yang cukup bertanggung jawab menurutku. Aku tidak yakin ia akan menjaga orang tua kami seperti apa yang ku pikirkan.
Yah, tapi itu masih rencanaku, belum tentu sama dengan rencana Tuhan.
Bok, be tough, tetapi sepertinya kau sudah tabah, all the best for you and family.
Pa, aku bangga papa menerapkan hidup yang sehat. Papa nggak ngerokok, minum kopi, selalu makan sayur, nggak makan daging-dagingan yang digoreng, selalu olah raga, semoga papa sehat selalu. Walaupun kita jarang telpon-telponan, aku juga sayang sama papa.
Ma, jangan keseringan marah-marah ya, nanti nular ke aku, nanti keriput sama ubannya tambah banyak. I love you.
Aku ingat aku belum memberi tahu kalau aku sidang hari ini. Restu orang tua itu harus demi kelancaran segalanya. Aku langsung sms mama minta doa untuk hari ini. Dan.. semuanya lancar.
Comments
Post a Comment